Sukacita dan damai sejahtera merupakan bukti dari kuasa Roh Kudus yang melimpah dalam kehidupan kita. Apa yang memberikan sukacita, senyuman dan kegembiraan dalam kehidupan kita? Sukacita bisa datang saat kita bisa menikmati makan dan minum bersama sama teman dekat kita; Saat kita mendengar kabar berita baik yang sudah lama kita pergumulkan seperti: sembuhnya suatu penyakit, kelahiran bayi dan pernikahan yang baru. Dan biasanya itu akan dilakukan dalam suatu perayaan yang disertai makan dan minum secara bersama-sama. Dan terkadang kita juga bisa dipenuhi sukacita luar biasa saat beribadah di gereja, saat menaikkan pujian atau mendengar ayat firman Tuhan yang berbicara secara khusus dalam batin kita dan membangkitkan sukacita karena Tuhan telah menyelamatkan kehidupan kita. Pada intinya dengan bersukacita kita sedang menunjukkan bahwa kita sedang memiliki iman.
- Sukacita Berarti Memiliki Keluarga: Paulus memberitahu orang-orang Kristen bukan Yahudi di Roma untuk bersukacita. Apa alasan mereka bersukacita? Mereka bersukacita karena sekarang telah menjadi anggota keluarga baru yaitu menjadi umat Allah (Roma 14-15). Mereka tidak lagi jauh dari umat kesayangan Tuhan, tapi sudah termasuk sebagai anggota keluarga. Mereka memiliki hubungan yang baru karena iman percaya mereka kepada karya kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang memperdamaikan (Efesus 2:12). Bahkan mereka juga telah menjadi tempat kediaman Allah melalui Roh Kudus (Efesus 2:22). Pada akhirnya walaupun seorang Pengikut Kristus menanggung kepedihan dan kesendirian karena tidak memiliki keluarga secara fisik bahkan mengalami hubungan yang tidak berjalan dengan normal satu dengan lainnya, namun selama mereka menjadi milik Kristus maka mereka memiliki sukacita karena mempunyai keluarga yang baru di antara umat Allah (Lukas 15; Kis. 8:39).
- Sukacita Berarti Perayaan: Ada tiga festival tahunan di Israel, Paskah bersama dengan hari raya roti tidak beragi, Pentakosta dan hari raya pondok daun. Bahkan dalam Imamat 23 dan Ulangan 16 dikatakan bagaimana mereka diberitahukan tidak usah bekerja melainkan melakukan perayaan, makan, minum dan bersukacita. Dan ini merupakan ungkapan rasa Syukur yang penuh sukacita kepada Allah dilindungi dan dikuduskan melalui dua cara:
- Sukacita itu harus bersih secara moral: Allah mengingatkan orang Israel untuk tidak tergoda oleh sukacita yang tak bermoral dari perayaan bangsa Kanaan baik itu percabulan, kemabukan, kerakusan dan penyembahan berhala. Ada dua kegagalan yang pernah terjadi yaitu: Penyembahan berhala bangsa Israel di kaki gunung Sinai (Keluaran 32-34); dan Bangsa Israel yang tergoda melakukan moralitas di Baal Peor atas saran Bileam (Bilangan 25; 31:16). Bukankah sebaiknya sukacita itu dapat dirayakan dengan makan dan minum tanpa menyertakan dosa dan imoralitas dan kerakusan (1 Kor. 5:1; Galatia 5:21; Efesus 5:18; 1 Petrus 4:3; Amsal 23:20-21).
- Sukacita harus bersifat sosial: Allah menghendaki agar saat bangsa Israel mengadakan perayaan mesti memastikan tak ada seorangpun yang tertinggal (Ulangan 16:11, 14). Bukan hanya anggota keluarga namun juga bahkan semua pelayan yang telah bekerja keras bagi mereka. Salah satu bukti konkrit yang dapat dilihat adalah saat Nehemia meminta bangsa Israel agar turut menyediakan makanan bagi mereka yang tidak memiliki makanan dan minuman sendiri (Nehemia 8:1); demikian juga Yesus meminta mereka yang mengadakan pesta juga mengundang mereka yang miskin, membutuhkan dan cacat (Lukas 14:12-14).
- Sukacita berarti memiliki iman: Tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mengenal dan percaya pada apa yang telah dilakukan Allah melalui Kristus untuk menyelamatkan dunia melalui korban salib-Nya dalam kehidupan kita. Dampak yang dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari adalah saat orang Israel alami ketidakadilan, penindasan dan sakit penyakit mereka dapat membawa ke hadirat Allah sehingga mereka mendapatkan kembali pengharapan, pujian dan sukacita. Sukacita di tengah kepedihan inilah yang menjadi buah iman kita kepada Allah yang hidup (Habakuk 3:16-18; Matius 5:11-12; Kis. 16:25).
Pertanyaan untuk direnungkan:
- Apa hubungan menghidupi kasih dengan pertumbuhan iman?
- Mengapa kasih menjadi pembeda kualitas anak Tuhan dengan dunia hari-hari ini?
- Bagaimana mempraktikkan kasih yang utuh kepada sesama orang Kristen?