HIDUP PENUH RESIKO ITU NORMAL

  • 15 Jun 2025
  • Fulfilling God's Purpose

Esensi hidup kristiani bukan mengeliminasi resiko atau manajemen resiko, melainkan pengudusan resiko. Ester 4:16; Daniel 3:17-18 Dimana hidup kristiani merupakan hidup yang berani ambil resiko bagi Kristus karena kita telah dipisahkan dari dunia oleh kristus untuk melayani dunia demi Kristus. Menolak berkompromi dengan system korup dan berdosa, rela hidup susah secara materi emosi dan fisik untuk menyatakan kemuliaan Kristus kepada orang yang belum mengenal Kristus. Resiko hidup ini tentunya bukan yang dicari-cari dan tidak perlu, melainkan resiko kehilangan semua hal yang penting seperti uang, pekerjaan, Kesehatan bahkan nyawa demi menyatakan kepada dunia bahwa Kristus jauh lebih penting, lebih berharga dan lebih mulia dibandingkan hal yang berharga lainnya.

Seperti yang dituliskan Daud dalam Mazmur 63:3 “Sebab Kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup.”

Selama kita belum alami kasih setia Tuhan kepada Kristus yang jauh lebih bernilai daripada hidup kita sendiri maka kita akan selalu alami kesulitan ambil resiko untuk kehilangan kenyamanan, status atau bahkan reputasi kita. Ketakutan seperti inilah yang membuat banyak pelayanan anak Tuhan menjadi suam-suam, setengah hati dan ala kadarnya. Bukankah ketika kita diciptakan untuk menyembah Allah, maka bukti paling konkrit tidak ditentukan saat seorang menyembah Allah di ibadah minggu, melainkan saat mau ambil resiko agar semakin banyak orang melihat kemuliaan Kristus. Buat apa iman bila kita selalu berhitung untung-rugi dan berfikir bahwa mengikut Kristus itu ternyata selalu menguntungkan kita? Apabila kita hanya berfikir apa yang Kristus bisa berikan kepada kita dan bukan apa yang kita rela kehilangan demi Kristus, maka kita sedang tidak membutuhkan iman percaya kepada Tuhan.

Tiga Alasan Setiap Orang Kristen Harus Menjadi Risk-Taker Bagi Kristus dan Injil-Nya:

  1. Kristus berotoritas bagi masa depan manusia. Sebuah resiko muncul karena kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Namun, Yesus tahu masa depan dan Ia tidak mengenal resiko karena tidak ada hal di masa lalu, kini dan depan yang tidak Ia ketahui. Itulah sebabnya, Ia tidak pernah ambil resiko untuk tidak lahir ke dunia, tidak mati disalib. Ia tahu bahwa Ia lahir untuk mati disalib. Kitapun bisa mengambil resiko bagi Kristus. Dan kebenaran di atas memampukan kita untuk berani menjalani resiko hidup bagi Kristus.
  2. Yesus Mati Bagi Orang Yang Mengasihi Dia. Kristus menyelamatkan kita tanpa menghiraukan resikonya. Seluruh hidup-Nya diringkas dalam satu kalimat dalam pengakuan Iman Rasuli: “Menderita sengsara di bawah pemerintahan Pontius Pilatus.”
  3. Kristus Telah Mengalahkan Kematian Kekal. Kematian merupakan resiko paling mengerikan bagi manusia. Saat mati di kayu salib, Ia tidak mengambil resiko, tapi melenyapkan resiko terbesar dalam hidup manusia. Itu sebabnya Ia memanggil anda dan saya untuk mau mengambil resiko sementara di dunia ini karena resiko kekal tidak akan ada lagi. Jadi normal apabila orang Kristen tidak takut kehilangan nyawa berkorban bagi Kristus, karena ini hanya resiko sementara sebab kematian kekal telah dikalahkan oleh kematian dan kebangkitan Yesus.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  1. Apa yang dimaksud dengan istilah “Pengudusan resiko?”
  2. Mengapa seorang Kristen harus menjadi pengambil resiko bagi Kristus dan Injil-Nya?
  3. Bagaimana membangun komitmen untuk konsisten berani ambil resiko demi Kristus walau meski harus kehilangan banyak hal yang bernilai dalam hidupnya?