Esensi hidup kristiani bukan mengeliminasi resiko atau manajemen resiko, melainkan pengudusan resiko. Ester 4:16; Daniel 3:17-18 Dimana hidup kristiani merupakan hidup yang berani ambil resiko bagi Kristus karena kita telah dipisahkan dari dunia oleh kristus untuk melayani dunia demi Kristus. Menolak berkompromi dengan system korup dan berdosa, rela hidup susah secara materi emosi dan fisik untuk menyatakan kemuliaan Kristus kepada orang yang belum mengenal Kristus. Resiko hidup ini tentunya bukan yang dicari-cari dan tidak perlu, melainkan resiko kehilangan semua hal yang penting seperti uang, pekerjaan, Kesehatan bahkan nyawa demi menyatakan kepada dunia bahwa Kristus jauh lebih penting, lebih berharga dan lebih mulia dibandingkan hal yang berharga lainnya.
Seperti yang dituliskan Daud dalam Mazmur 63:3 “Sebab Kasih setia-Mu lebih baik daripada hidup.”
Selama kita belum alami kasih setia Tuhan kepada Kristus yang jauh lebih bernilai daripada hidup kita sendiri maka kita akan selalu alami kesulitan ambil resiko untuk kehilangan kenyamanan, status atau bahkan reputasi kita. Ketakutan seperti inilah yang membuat banyak pelayanan anak Tuhan menjadi suam-suam, setengah hati dan ala kadarnya. Bukankah ketika kita diciptakan untuk menyembah Allah, maka bukti paling konkrit tidak ditentukan saat seorang menyembah Allah di ibadah minggu, melainkan saat mau ambil resiko agar semakin banyak orang melihat kemuliaan Kristus. Buat apa iman bila kita selalu berhitung untung-rugi dan berfikir bahwa mengikut Kristus itu ternyata selalu menguntungkan kita? Apabila kita hanya berfikir apa yang Kristus bisa berikan kepada kita dan bukan apa yang kita rela kehilangan demi Kristus, maka kita sedang tidak membutuhkan iman percaya kepada Tuhan.
Tiga Alasan Setiap Orang Kristen Harus Menjadi Risk-Taker Bagi Kristus dan Injil-Nya:
Pertanyaan untuk direnungkan: