Kuasa dan Hikmat (1 Korintus 2:1-16)

  • 06 Feb 2022
  • Like Jesus

Kuasa dan Hikmat Allah akan memampukan manusia yang lemah menjadi manusia yang kuat

- Martin L

 

Kuasa (1 Korintus 2:1-5). Paulus tidak meniru para pengajar keliling di Korintus yang mengandalkan kafasihan dan kecerdasan intelektual mereka. Keyakinan  Paulus tertuju pada Tuhan, bukan pada dirinya sendiri. Ia menginginkan orang berdosa percaya pada kuasa Kristus. Anda mungkin berpikir diri Anda kurang mampu melayani Tuhan, tetapi Tuhan dapat mengubah kelemahan Anda menjadi kekuatan. Injil tetap punya kuasa (Roma 1:16)!.

Kekuatan Allah melenyapkan kelemahan manusia. Sepanjang hidup Yesus Kristus, Ia melakukan pelayanan yang mengangkat kelemahan manusia. Inilah konteks yang benar dari pelayanan yang disertai dengan mujizat. Kekuatan Allah dinyatakan saat Yesus digerakkan oleh belas kasihan terhadap kelemahan manusia. Mujizat dalam konteks kekuatan Allah adalah kekuatan Allah dalam mengekspresikan kasih-Nya yang besar atas manusia yang lemah.

Hikmat (1Korintus 2:6-16). Orang Yahudi menghendaki tanda mukjizat dan orang Yunani mencari hikmat, keduanya terdapat di dalam Yesus Kristus (1 Korintus 1:24). Hikmat yang mendalam dari Tuhan tersedia bagi mereka yang dewasa (Ibrani 5:12-14). Izinkan Roh Tuhan mengajari Anda tentang Anak Allah dari Firman Tuhan, dan bertumbuh di dalam Dia. Satu-satunya jalan masuk menuju hikmat sejati adalah melalui iman yang lahir dari kerendahan hati, menanggalkan keyakinan akan hikmat manusia untuk mengerti hikmat Allah. Hikmat dan kuasa berjalan seiring. Keduanya memerlukan satu sama lain, dan keduanya menyeimbangkan kehidupan kristiani.

Tuhan senang memakai orang-orang yang lemah sehingga tidak seorang pun yang dapat memegahkan diri. Ketika Tuhan memakai kita dalam kelemahan, Tuhan akan menyatakan kuasa-Nya yang besar dan hikmat-Nya yang mengubahkan. Di situ kita harus mengakui bahwa kekuatan itu berasal dari Tuhan, dan bukan dari diri kita sendiri sehingga segala kemuliaan kembali kepada-Nya. Tuhan senang menggunakan bagian dalam diri kita yang paling lemah agar kita belajar untuk meninggikan Tuhan.

 

Pertanyaan

Apakah orang percaya boleh bermegah atas keberhasilan yang mereka alami ?