Pabrik Yang Hancur

  • GSJA Eben Haezer
  • Kesuksesan
  • 31 Dec 2016

Pada Malam di bulan Desember 1995, karyawan-karyawan Maiden Mills di Lawrence, Massachussets, mengira pekerjaan mereka telah lenyap bersama api.  Pabrik itu telah hancur karena api.  Akan tetapi, saat pagi menjelang, pemimpin perusahaan itu, Aaron Feurstein memberi tahu 3000 pegawainya bahwa ia telah memutuskan untuk membangun kembali dengan segera.  Bukan hanya itu, ia berencana untuk membayar semua orang selama tiga puluh hari.  Keputusan itu membuatnya harus mengeluarkan uang jutaan dolar dalam seminggu.

Ini bukan pertama kalinya Feuerstein mengabaikan kecenderungan.  Ketika pabrik tekstil di area itu pindah ke selatan karena pajaknya lebih rendah dan tenaga kerja lebih murah, Feuerstein merasa ia punya tanggung jawab terhadap orang-orang yang ia pekerjakan dan tetap tinggal.

Ketika pembayaran gaji dibagikan dua hari setelah kebakaran, setiap pegawai menerima bonus hari Natal dan catatan kecil dari bos yang bunyinya, “Jangan putus asa, Tuhan memberkati Anda sekalian.”

Pada tanggal 2 Januari,pabrik itu dibuka kembali dan dalam waktu sembilan puluh hari, 75 persen para pekerja telah kembali bekerja.  Para ahli mengatakan bahwa itu mustahil dilakukan.  Pabrik itu mampu memenuhi 80 % persen ordernya walaupun terbakar.  Investasi Feurstein pada pegawai-pegawainya telah memberikan imbalan berupa kerja keras dan kesetiaan yang luar biasa.

Saat kita memberikan yang terbaik dari kita kepada orang lain, kita hampir selalu mendapati bahwa mereka memberikan yang terbaik pula sebagai balasannya.

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga.”
(Pengkhotbah 9: 10)