MENINGGALKAN RACUNNYA, BUKAN PERNIKAHANNYA

  • 11 May 2025
  • Fulfilling God's Purpose

Dalam suatu pernikahan bisa saja salah satu pihak baik itu suami atau istri punya potensi menjadi racun bagi pasangannya satu sama lain. Baik itu melalui perkataan, pikiran dan perilaku yang kurang baik dan sangat mengganggu perjalanan rumah tangga masing-masing. Dan umumnya, baik suami maupun istri cenderung melihat respon beracun satu sama lain dan mengabaikan perilaku beracun mereka sendiri. Padahal jika kedua belah pihak bertobat dan tunduk kepada Allah, kita bisa meninggalkan racunnya daripada meninggalkan pernikahannya.

Melipatgandakan Yang Buruk

Ada beberapa cara yang umumnya dilakukan suami atau isteri dalam menanggapi cara beracun pasangannya, yaitu:

  1. Menggunakan sikap diam
  2. Menanggapi dengan sarkasme: “Kau benar, Aku orang paling buruk di dunia. Aku payah sebagai seorang isteri.

Dan pada akhirnya, racun itu akan saling memberi makan satu sama lain. Ada satu pihak yang merasa tidak perlu mengubah apapun atau menyelesaikan persoalan apapun. Sementara di sisi yang lain, ada yang begitu manipulative dan selalu menyakiti dengan berbagai ceramah yang angkuh. Dan pada akhirnya kebutuhan seseorang untuk menjadi benar dan untuk dipahami berdiri sebagai menara berhala antara seorang dan lainnya.

Ledakan Yang Indah Dalam Diri

Beres dengan Allah merupakan syarat penting bagi suami atau isteri untuk beres dengan pasangannya masing-masing. Dia harus menerima dari Allah sebelum dia bisa memberi pada isterinya, jika tidak dia akan terus menuntut dari isterinya apa yang seharusnya dia cari selama ini dari Allah. Mengatasi racun dimulai dari memiliki identitas yang baru. Allah menyingkapkan kebutuhan pada seseorang untuk memenangkan diri dan mempercayakan diri pada Injil dan bukan kinerja seseorang. Kemarahan pada diri sendiri dan pada mereka yang mengecewakan sesama telah menumbuhkan akar kepahitan yang telah dipangkas perlahan-lahan dan tuntas dalam kehidupan seseorang oleh kasih lembut Bapa.

Pada saat seseorang memperlakukan pasangan berdasar pada apa yang layak diterima oleh Allah seperti bersikap lembut, serta bermurah hati walaupun pasangan kita tidak menanggapi maka disitulah ada momen penyembahan yang indah dimana kita akan belajar menanggapi perilaku bermasalah dalam rumah tangga dengan kasih karunia penuh kemurahan hati dan kasih akan Allah, berdasar pada kasih Yesus bagi kita. Memang akan menyakitkan rasanya untuk sementara waktu saat seseorang tidak menghargai atau bahkan menyadari perubahan yang sedang dibuat oleh pasangannya untuk menjadi pribadi lebih baik. Tapi ingatlah, bahwa jika kita mau berubah menjadi pribadi lebih baik, maka itu dilakukan bukan untuk dia, melainkan untuk menaati Allah.

Allah Menang

  1. Kehadiran Allah yang kudus dan murni adalah obat penawar paling manjur bagi pernikahan yang terpolusi serta beracun. Jalan keluar dari perilaku beracun adalah menerima kasih Bapa Surgawi yang tersingkap dalam Injil. Transisi keluar dari sikap beracun secara pribadi adalah:
  2. Dipengaruhi oleh kasih Bapa sorgawi secara individual.
  3. Mau menerima ketidaksepakatan Allah tentang pikiran beracun saya mengenai pasangan.
  4. Berhenti untuk terus menerus merasa jengkel pada perilaku pasangan
  5. Berterimakasih kepada Bapa yang membebaskan saya dari pembenaran diri, keangkuhan dan kebutuhan untuk dipahami.
  6. Membagikan hati Bapa kepada pasangan masing-masing.
  7. Belajar cara membangun cinta lagi dengan pasangan kita masing-masing.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  1. Mengapa seorang cenderung lebih memaafkan perilaku racun dari dirinya sendiri daripada perilaku racun pasangannya?
  2. Apa dampak kehadiran Allah dalam pernikahan yang terpolusi serta beracun?
  3. Bagaimana membangun budaya hidup yang dipenuhi kasih Allah saat pasangan sudah saling mengenal perilaku racun satu sama lain?