KETIKA KITA TERLUKA

  • 04 May 2025
  • Fulfilling God's Purpose

Orang-orang Kristen percaya bahwa Allah berkuasa atas segala sesuatu. Namun, Jika Allah berkuasa atas segala sesuatu mengapa Ia mengijinkan hal-hal buruk seperti peperangan antar bangsa, perceraian dalam rumah tangga, anak yang alami perundungan masih terjadi hingga hari ini? Dalam materi minggu ini kita belajar apa yang dikatakan Yesus mengenai penderitaan.

Ketika Yesus Tidak Datang

Pada suatu hari, Lazarus yang merupakan saudara dari Maria dan Marta alami sakit parah. Bahkan mereka mengirim orang kepada Yesus untuk berkata: “Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Tapi yang mengejutkan Yesus menjawab: “Yesus memang mengasihi Maria dan Marta beserta Lazarus, namun Ia tidak datang dan justru Ia sengaja menunggu sampai Lazarus wafat baru Ia datang. Apa yang dapat dipelajari? Ada waktu dimana Allah ingin agar kita menderita bukan karena Dia tidak mengasihi, tapi justru karena Ia mengasihi kita.

Yesus Datang

Saat Yesus datang, Lazarus telah dikubur selama empat hari. Martha keluar dan menemui Yesus serta berkata:”Sekiranya engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati; Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya (Yohanes 11:21-22). Dan Yesus berkata: “Saudaramu akan bangkit.” (Yohanes 11:23). Namun seperti orang Yahudi lainnya, Martha menganggap bahwa kebangkitan yang disinggung Yesus berkaitan dengan masa akhir zaman (Yohanes 11:24). Martha menginginkan saudaranya hidup kembali lebih daripada segala sesuatu di dunia ini.

Jika kita mau jujur, kadang kita lebih menginginkan pemberian lebih daripada pemberinya. Terkadang kita mengira doa seperti mesin penjual minuman otomatis. Saat memasukkan uang ke mesin, lalu saat tombol ditekan, maka minuman itu akan jatuh ke tangan kita. Bila tidak mendapat apa yang diminta maka kita menganggap mesin itu rusak. Padahal Allah bukan sebuah alat untuk mencapai tujuan, karena Ia adalah tujuan itu sendiri. Ia bukan mesin penjual otomatis, namun Ia adalah pribadi. Justru saat dalam penderitaanlah, kita akan menemukan keintiman dengan Tuhan.

Yesus Menangis

Seperti Maria dan Martha, kita bisa datang dan tersungkur di kaki Yesus di tengah-tengah penderitaan kita dan bertanya mengapa Ia tidak menjawab doa-doa kita. Bagaimana Yesus bereaksi terhadap penderitaan Maria? Lalu muncullah satu ayat terpendek dan paling mengejutkan: “Maka, menangislah Yesus.” Mengapa Ia menangis? Rupanya Yesus sedang menunjukkan bahwa Ia bukanlah Allah yang jauh; Ia adalah Allah yang masuk ke dalam penderitaan kita. Saat kita menderita, Yesus memeluk kita dan menangis bersama kita. Ia mengetahui akhir sejarah hidup kita dan Ia akan menghapus setiap air mata kita (Wahyu 21:4).

Yesus Menyelamatkan

Ketika mendatangi makam Lazarus, Ia memerintahkan agar batu penutup makam digulingkan. Ia kemudian berdoa lalu berteriak, “Lazarus, marilah ke luar?” Dan orang mati itu pun bangkit berdiri dan berjalan ke luar makam (Yohanes 11:43-44). Jika kita percaya Yesus, kita seperti memegang sebuah batu kebangkitan di tangan kita. Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Satu-satunya manusia yang mengalahkan maut dan berjanji memberi ktia hidup baru selamanya.

Apakah yang Membuat Penderitaan Saat Ini Layak Dijalani?

Pertanyaan yang muncul di benak saat seorang di tengah penderitaan adalah: “Apa yang membuat penderitaan saat ini sangat layak untuk dijalani?” Jawabannya adalah Karena Yesus. Bukankah Yesus terlebih dahulu rela menderita dan mati bagi kita? Dan Ia sendiri telah menulis kisah hidup kita sampai akhir kesudahannya (Roma 8:18).

Pertanyaan untuk direnungkan:

  1. Mengapa Tuhan seperti menunda memenuhi kebutuhan mendesak orang yang sangat setia kepada Tuhan?”
  2. Apa yang membuat manusia cenderung lebih mengharapkan pemberian daripada si pemberinya?
  3. Bagaimana membangun kepercayaan pada Tuhan dan kepada sesama?